Jumat, 05 Agustus 2016

I LOVE TRAVELLING

Pertama kali saya memberanikan diri travelling ke luar negeri adalah tahun 2010, ke Malaysia. Waktu itu saya berangkat dengan dua orang teman, mencoba travelling ala backpacker. Masih terbayang bagaimana noraknya saya ketika pertama kali menginjakkan kaki di bumi Kuala Lumpur. “Wah, seperti ini toh rasanya luar negeri. Tempat yang sangat jauh dalam bayangan namun ternyata masih dalam jangkauan”, begitu pikir saya. Senang rasanya bisa menambah pengalaman dan mengunjungi berbagai tempat menarik yang sebelumnya hanya diketahui dari bacaan atau internet saja. Apalagi ternyata perjalanan berlangsung dengan lancar, tidak semenakutkan yang saya kira.

Mimpi tak pernah berhenti. Manakala satu anak tangga telah terlewati, terpikir untuk menginjakkan kaki pada anak tangga berikutnya. Itu pula yang saya alami. Saya jadi ketagihan travelling.

Selesai dari Malaysia, terpikir untuk travelling ke Singapore dan tercapai di tahun 2011.  Waktu itu saya berangkat solo travelling. Bepergian solo travelling itu enaknya bisa bebas, suka-suka saya mau ke mana atau mau ngapain saja. Tidak enaknya adalah tidak ada yang bisa motoin kita hikss.... Berhubung solo travelling, saya jadi punya banyak waktu untuk merenung. Ketika saya memandang langit Singapore, saya terbayang wajah kedua orang tua saya. Saya berpikir, “Bapak Ibu saya pernah nggak ya kepikiran ingin jalan-jalan ke luar negeri? Bagaimana jika beliau ternyata memperoleh kesempatan itu? Mudah-mudahan beliau senang.” Renungan itu berbuah janji di dalam hati saya. Suatu hari nanti saya harus bisa mengajak orang tua saya jalan-jalan ke luar negeri.

Puji Tuhan, atas kemurahan-Nya, janji saya tergenapi di bulan Oktober 2015. Kami sekeluarga berangkat ke Thailand. Mengapa ke Thailand? Bagaimana cerita perjalanan ke Thailand? Nantikan cerita selanjutnya yaa :)

Sabtu, 10 Maret 2012

Catatan Perjalanan ke Malaysia - Hari Kedua


Petaling Street – Genting Highland

Perjalanan dimulai dari Hotel Alamanda, Petaling Street. Hotel Alamanda memiliki 2 buah pintu masuk. Bila kita masuk dari pintu depan yaitu dari Petaling Street, maka kita akan menemukan lobby resepsionis, sedangkan bila kita masuk dari pintu belakang, maka kita akan menemukan ruang makan.

Bila kita keluar melalui pintu belakang, kita akan menemukan pasar tradisional di belakang hotel. Di sana, kita bisa menemukan makanan tradisional. Dari belakang hotel, terlihat puncak Sri Mahamariamman Temple.

Rute perjalanan kami pada hari kedua ini yaitu ke Genting Highland. Untuk mencapai Genting Highland, rute yang kami rencanakan yaitu dari Petaling Street berjalan kaki ke Pasar Seni, kemudian naik LRT ke KL Sentral, dari KL Sentral menggunakan bis Go Genting menuju Genting Highland.

Dalam perjalanan menuju Pasar Seni, kami melewati 7 Eleven dan memutuskan untuk sarapan di sana. Menu yang kami pilih yaitu nasi lemak bungkus, porsinya kecil seperti porsi nasi kucing di Jogja, tapi cukuplah untuk sarapan, harganya pun murah loh.  Total belanja di 7 Eleven sebanyak RM 4,3  sudah termasuk nasi lemak dan air mineral 600 mL sebanyak 2 botol.



Sekitar Petaling Street - ke arah kanan adalah Pasar Seni





Pasar Seni – bagian atas adalah rel LRT, sedangkan di bawah adalah Terminal Bus

Sampai di KL Sentral pukul 10 pagi, ternyata bus Go Genting sudah penuh, kursi yang tersedia selanjutnya adalah untuk keberangkatan pukul 3 sore. Aduh, males banget kalau harus berangkat sore hari, takutnya malah nggak dapat tiket bus untuk kembali lagi ke Petaling Street. Akhirnya kami memutuskan untuk menggunakan taksi carteran, tarif dihitung per orang RM 25. Lumayan mahal juga sih tarifnya jika dibandingkan dengan bus. Oya, sebelumnya kami merencanakan untuk mengambil Go Genting Golden Package yang isinya tiket bus PP dan tiket outdoor theme park seharga RM 45. Akhirnya kami memutuskan untuk tidak jadi membeli tiket outdoor theme park.

Perjalanan dari KL Sentral ke Genting Highland memerlukan waktu kira-kira 1 jam – 1,5 jam. Rute yang dilalui berkelok-kelok, lumayan berat juga buat orang yang gampang pusing mah. Di daerah Gohtong, taksi yang kami tumpangi beristirahat selama 10 menit. Daerah Gohtong ternyata ramai juga, banyak yang jual makanan dan coklat yang aneh-aneh, ada coklat isi biji kopi, isi tongkat ali, almond, dll. Rasanya enak juga loh walaupun harganya lumayan juga (tahu rasanya soalnya waktu kita masuk dikasih sampelnya hehe….)


Snapshot di Perjalanan Menuju Genting Highland – dari balik jendela mobil'


Di Gohtong

Di Genting Highland, kami turun di First World Hotel.







Catatan Perjalanan ke Malaysia - Hari Pertama


Jakarta – Kuala Lumpur

Hari pertama, rencananya saya dengan seorang teman kantor berangkat Jumat malam, pulang dari kantor. Dua orang teman kami yang lain berangkat lebih dulu.

Siang hari ketika masih di kantor, kami mendapat bad news. Seorang teman kami tidak bisa berangkat berhubung masa berlaku paspornya tinggal 3 bulan lagi. Syarat untuk bisa masuk ke Malaysia adalah minimal 6 bulan masa berlakunya paspor sebelum habis. Oh my God, sempat panik mendengar bad news itu, apalagi teman yang tidak bisa berangkat itu adalah guide kloter pertama dan dimintai tolong untuk check in hotel dan beli tiket Go Genting Golden Package untuk kami berempat.

Sebagai informasi, Go Genting Golden Package adalah paket ke Genting sudah termasuk tiket bis & skyway transfer PP, tiket outdoor theme park atau lunch di Terrace Cofee. Tiket ke Genting ini perlu dibeli sebelumnya mengingat antrian bisa panjang pada weekend. Berhubung teman yang dimintai tolong tidak bisa berangkat, ya sudahlah pasrah saja. Namanya juga berpetualang, anggap saja sebagai tantangan, pasti ketemu kok solusinya.

Masih di Bandara Soekarno Hatta, teman kami yang sudah sampai KL duluan kirim sms. Katanya di penginapan yang kami booking ternyata tidak menerima kartu kredit, harus cash dan dibayar di muka, baru boleh masuk kamar. Sempat panik juga karena hal ini tidak terprediksi sebelumnya.

Oya, sebelumnya untuk penginapan, kami memilih Alamanda Hotel Petaling Street yang berlokasi No.85, Jalan Petaling, 500000 Kuala Lumpur. Hotel ini dibooking melalui webnya. Pada waktu booking diminta data kartu kredit Visa atau Mastercard, di sana dijelaskan bahwa data kartu kredit diminta untuk memverifikasi bahwa booking tersebut adalah riil dan tersedia dana yang cukup untuk membayar penginapan tersebut. Ketika booking tidak dilakukan pemotongan, pemotongan akan dilakukan setelah kita menginap. (baca juga cancelation policy-nya yaa...)

Akhirnya, teman kami memutuskan untuk bayar cash 2 kamar untuk kami, sedangkan kloter kedua (saya dan seorang teman saya) mencari money changer untuk menambah uang ringgit kami. Satu lagi masalah selesai.

Di Imigrasi Indonesia maupun Malaysia tidak ada masalah.


LCCT – KL Sentral

Di Kuala Lumpur, pesawat Air Asia mendarat di LCCT (Low Cost Carrier Terminal), sedangkan pesawat lainnya yang tidak termasuk low cost carrier mendarat di KLIA.

Dari LCCT ke kota Kuala Lumpur, kami menggunakan Skybus menuju KL Sentral. Tiket Skybus sudah kami beli sekalian ketika membeli tiket pesawat. Skybus itu bisnya berwarna merah dengan tulisan ”Skybus” yang besar di badan bus. Untuk mencapai pool Skybus, setelah kita keluar dari LCCT, berjalanlah ke arah kiri. Pool Skybus berada dekat Coffe Bean Shop. Informasi mengenai Skybus termasuk jadwalnya bisa dilihat di website berikut : http://www.skybus.com.my/

Untuk mencapai KL Sentral dari LCCT selain menggunakan Skybus, bisa juga menggunakan bus Aerolines. Warna busnya kuning. Poolnya juga dekat dengan pool Skybus. Informasi mengenai bus Aerolines bisa dilihat di http://www.lcct.com.my/transportation/aerobus/about-aerobus

Perjalanan dari LCCT ke KL Sentral memerlukan waktu sekitar 1 jam. Memasuki KL Sentral, bis melewati Little India. Pemandangan di Little India gemerlap pada waktu malam hari. Sayang, kameraku belum siap action, jadi ga keburu deh ngambil fotonya L

Kami sampai di KL Sentral pk. 00.30 a.m. Berhubung tengah malam, kami memutuskan untuk pergi ke Alamanda Hotel Petaling Street dengan menggunakan taksi. Taksi dapat dipesan di booth-nya. Untuk menemukan lokasi booth-nya, begitu turun dari bus, berjalanlan ke sebelah kanan, letaknya tidak jauh, cuma beberapa meter saja. Jangan khawatir, ada petunjuknya kok J Sistem taksi di sana menggunakan system pre-coupon. Jadi kita tinggal menyebutkan nama hotel atau daerahnya, maka petugas akan memberi tahu berapa harga yang harus kita bayar. Penggunaan taksi tengah malam akan dikenakan charge tambahan 50%.

Kami memperoleh taksi dengan sopir orang India. Sepanjang jalan, sopirnya menyetel lagu India, jadi serasa ada di manaa gituh hehehe…. Eh, ternyataaa… perjalanannya cuma 5 menit. Sempat bingung, karena kami diturunkan di depan jalan kecil serupa gang (masuklah kalau mobil satu mah) dan disuruh lanjut dengan jalan kaki berhubung taksi tidak bisa masuk. Ternyataa.. di jalan kecil itu banyak petugas kebersihan yang sedang menyapu. Sampahnya ya ampuuunnn….. banyak banget sampai menggunung. Jadi nggak yakin, bener nggak sih itu jalan Petaling Street? Kalau bener kok kumuh banget yaa… banyak sampahnya L Kami terus berjalan, dan ternyata benar, di tengah jalan itulah hotel kami berada. Aiihh… senangnya bisa segera beristirahat. Oya, hotelnya itu kalau dari depan seperti toko kecil, tapi ternyata bentuknya memanjang ke belakang dan ke atas. Hotelnya cukup bersih meskipun sedikit pengap berhubung kami memperoleh kamar tanpa jendela. Kamar mandinya pun sempit. Tapi lumayanlah, no problemo, sebanding sama harganya J


KL Sentral – Petaling Street

KL Sentral adalah salah satu terminal bus maupun stasiun yang menghubungkan banyak destinasi. Transportasi yang dapat ditemukan di KL Sentral yaitu taxi, bus yang menghubungkan KL Sentral dan LCCT (ada 2 macam yaitu Skybus dan Aerobus), bus yang menuju ke Genting, serta Putra LRT (Light Rapid Train). Rute Putra LRT yaitu dari Kelana Jaya menuju Gombak dengan stasiun yang dilewatinya bisa terlihat di bawah ini:


Gambar ini diambil dari Pasar Seni.

Untuk sampat ke Petaling Street bila menggunakan Putra LRT bisa turun di Pasar Seni kemudian jalan kaki sendikit.

Catatan Perjalanan ke Malaysia - Persiapan


Persiapan yang saya lakukan sebelum keberangkatan ke Malaysia yaitu:

1.  Membeli tiket pesawat Air Asia untuk rute Jakarta – Kuala Lumpur PP pada bulan Mei untuk penerbangan di bulan Oktober. Lumayan dapat tiket promo, kan pengen hemat ceritanya hehe... Kami memperoleh tiket seharga Rp 400.000 PP per orang, sudah termasuk airport tax dari KL, dan tiket Skybus dari airport ke KL Sentral PP seharga 9 MYR one way.
2.      Browsing informasi tourist spot di Malaysia.
3.      Browsing informasi transportasi termasuk lama perjalanan dan estimasi biayanya.
4.      Browsing tempat penginapan beserta estimasi biayanya.
5.      Menyusun itinerary selama perjalanan yang meliputi destinasi, transportasi, penginapan, estimasi biaya.
6.   Satu bulan sebelum keberangkatan, browsing ulang terkait itinerary untuk mengetahui apabila terjadi perubahan informasi. Booking hotel baru bisa dilakukan saat ini berhubung paspor saya belum jadi hikss… Itinerary fix baru bisa diperoleh sekitar seminggu sebelum keberangkatan.
7.      Membuat paspor, jangan lupa. Tidak perlu apply visa bagi pemegang paspor hijau RI untuk berkunjung ke Malaysia. Imigrasi Malaysia mengijinkan kita untuk memasuki West Malaysia dan Sabah tanpa visa selama 30 hari. Kalau tujuannya untuk bekerja sih nggak tahu juga yaa gimana ngurusnya.
8.      Menukar rupiah (IDR) ke ringgit (MYR) sesuai keperluan.
9.      Packing barang-barang keperluan pribadi secukupnya, makin ringan isi tas makin baik.
10.  Pada hari H, dokumen yang harus dibawa yaitu paspor, NPWP, ID card, tiket pesawat, bukti booking penginapan.

Jika hendak bepergian sendiri, itinerary bebas disusun semaunya sendiri. Tapi jika hendak bepergian dengan teman-teman, ada baiknya itinerary disusun sesuai kesepakatan bersama untuk mengurangi friksi selama perjalanan.

Berikut itinerary yang saya buat:

Hari pertama : Jumat, 29 Okt 2010
Pk. 15.00 WIB – 00.30 a.m waktu KL : Jakarta – KL
Transportasi : Taxi, Damri dari Gambir, Air Asia, Skybus, Taxi (berhubung sampai KL tengah malam)
Perkiraan biaya : Rp 610.000 + RM 72 (kurs 1 RM = Rp 2.900) = Rp 818.000 (sudah termasuk ongkos transportasi, tiket pesawat PP, airport tax, makan malam, dan penginapan untuk 2 malam).

Hari kedua : Sabtu, 30 Oktober 2010
Hotel Alamanda, Petaling Street – Genting Highland – KLCC – Bukit Bintang – Central Market – Petaling Street
Transportasi : LRT, Go Genting Bus, Monorail
Perkiraan biaya : RM 79 = Rp 229.000 (sudah termasuk biaya transportasi, makan 3 kali sehari, dan tiket outdoor Genting Highland)

Hari Ketiga : Minggu, 31 Oktober 2010
Jalan-jalan di sekitar kota – Central Market kalau malamnya belum sempat – Jakarta
Transportasi : LRT, walking tour
Perkiraan biaya : RM 39 + Rp 45.000 = Rp 158.100

Di luar keperluan dasar tersebut, saya mengganggarkan RM 75 (Rp 217.500) untuk shopping hehe…

(Sebetulnya itinerary yang saya susun lebih detail lagi berupa tabel, tapi berhubung kekecilan kalau diupload, saya tuliskan ikhtisarnya saja. Oya, itinerary ini disusun dengan kondisi kami pergi berempat.)

Sesampainya di KL, baru sadar kalau dalam itinerary yang saya buat saya lupa memasukkan estimasi tarif monorail dan transport dalam kota pada hari ketiga serta biaya tak terduga. Not bad-lah buat pemula mah, semoga bisa menjadi pelajaran untuk berikutnya. Hehehe… excuse deh jadinya.

Secara keseluruhan tidak ada kesulitan berarti dalam menyusun itinerary. Informasi yang tersedia di internet cukup lengkap. Penginapan dengan tarif terjangkau cukup banyak tersedia. Transportasinya juga cukup mudah. Siap traveling deh hehehe….

Ittinerary Travelling ke Malaysia

Berikut Ittinerary Travelling ke Malaysia :

Silakan klik tabel agar dapat melihat dengan lebih jelas :)